Timnas Irak Mirip Indonesia: Kuat dengan Pemain Diaspora/Abroad di Kualifikasi Piala Dunia 2026
- 17 dari 28 pemain Timnas Irak merupakan pemain abroad/diaspora.
- Basis diaspora menyebar di Skandinavia, Jerman, Turki, serta berbagai liga Eropa dan Asia.
- Zidane Iqbal menjadi figur paling menonjol; pernah debut di Manchester United.
- Beberapa pemain diaspora Irak juga berkarier di Liga 1 Indonesia, termasuk Frans Putros (Persib).
Konteks Diaspora: Migrasi & Akar Komunitas
Kemiripan Timnas Indonesia dan Timnas Irak terlihat pada kuatnya kontribusi pemain diaspora.
Situasi geopolitik dan sosial Irak sejak dekade 1980-an—mulai dari penindasan etnis Kurdi, Perang Teluk awal 1990-an, hingga invasi tahun 2003—mendorong arus migrasi ke
negara-negara Arab tetangga serta Eropa. Komunitas Irak tumbuh di Jerman, Turki, dan negara-negara Skandinavia; generasi baru pun lahir dan berkembang sebagai pesepakbola profesional.
Figur Penting Diaspora: Dari Inggris hingga Skandinavia
Nama yang paling akrab bagi penikmat sepak bola adalah Zidane Iqbal, gelandang keturunan Irak yang sempat menimba ilmu dan debut bersama Manchester United,
kini berkarier di Belanda. Di Inggris terdapat Ali Al Hamadi (pernah satu tim dengan Elkan Baggott di Ipswich Town), meski tak dipanggil untuk Ronde 4.
Baca Juga :Kualifikasi Piala Dunia 2026: Indonesia Kalah 0-1 dari Irak, Kluivert Kecewa tapi Puji Performa
Wilayah Skandinavia seperti Swedia, Denmark, dan Norwegia menyumbang banyak nama: Rebin Sulaka, Montader Madjed,
Aimar/Amer Sher, Amar Muhsin, Hussein Ali, Amir Al-Ammari, Kevin Yakob,
hingga Frans Putros yang kini memperkuat Persib Bandung.
Jejak di Indonesia
Bukan hal baru bagi pemain diaspora Irak merumput di Tanah Air. Brwa Nouri (Swedia–Irak) pernah memperkuat Bali United (2018–2023),
Anmar Almubaraki (Belanda–Irak) membela Persiba Balikpapan (2017), dan Frans Putros (Denmark–Irak) saat ini bermain untuk
Persib Bandung.
Daftar Pemain Diaspora/Abroad Irak – Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
Nama | Kebangsaan/Trah | Klub (Negara Liga) |
---|---|---|
Rebin Sulaka | Norwegia–Irak | Port FC (Thailand) |
Merchas Doski | Jerman–Irak | Viktoria Plzeň (Ceko) |
Frans Putros | Denmark–Irak | Persib Bandung (Indonesia) |
Hussein Ali | Swedia–Irak | Pogoń Szczecin (Polandia) |
Amir Al-Ammari | Swedia–Irak | Cracovia (Polandia) |
Osama Rashid | Irak–Belanda | Erbil (Irak) |
Youssef Amyn | Jerman–Irak | AEK Larnaca (Siprus) |
Zidane Iqbal | Inggris–Irak | FC Utrecht (Belanda) |
Marko Fajri | Norwegia–Irak | Strømsgodset (Norwegia) |
Montader Madjed | Swedia–Irak | Hammarby (Swedia) |
Kevin Yakob | Swedia–Irak | AGF (Denmark) |
Aimar Sher | Irak–Swedia | Sarpsborg (Norwegia) |
Amar Muhsin | Swedia–Irak | IK Brage (Swedia) |
Perbandingan Singkat dengan Diaspora Garuda
Berbeda dengan banyak diaspora Irak yang merupakan generasi kedua (migrasi masif sejak 1980-an),
sejumlah pemain naturalisasi/diaspora Indonesia dari Belanda umumnya generasi ketiga. Akulturasi panjang membuat nama, wajah, dan bahasa sehari-hari mereka
lebih “Eropa”, sementara pemain diaspora Irak kerap masih menunjukkan ciri Timur Tengah yang kuat.