Home / Berita Umum / Pelajar Indonesia Tidak Diizinkan Melintas Ke Yaman

Pelajar Indonesia Tidak Diizinkan Melintas Ke Yaman

Pelajar Indonesia Tidak Diizinkan Melintas Ke Yaman – Sekitar 160 pelajar Indonesia terbendung di Oman lantaran tdk diizinkan melintas ke Yaman. Berikut kronologinya sampai pelajar itu bisa menyebrangi perbatasan.

Menurut info wartawan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Se-Dunia Area Timur Tengah serta Afrika, Kamis (11/10/2018) Pada tanggal 10 Mei 2018 pemerintah Republik Indonesia, lewat kedutaan besar RI buat Yaman keluarkan maklumat berisi himbauan buat WNI yg pingin ke arah ke Yaman supaya tunda perjalanan, dan WNI yg sudah ada di Yaman dikehendaki bisa keluar apabila berlangsung perseteruan.

Pada bulan Juli 2018 beberapa pelajar, menggunakan waktu berlibur buat kembali lagi Indonesia. Selesai melalui periode liburnya beberapa pelajar yg kembali ke arah Yaman pernah terbendung di perbatasan.

“Beberapa pelajar yg baru liburan satu-satu mulai kembali lagi Hadramaut, buat melanjutkan studinya. Beberapa pelajar pernah terbendung sekian hari, tapi pada akhirnya sebagian dari mereka bisa lolos melalui perbatasan tidak adanya surat rujukan dari KBRI ditempat,” kata Koordinator Dewan Presidium Perhimpunan Pelajar Indonesia Se-Dunia Area Timur Tengah serta Afrika Muhammad Ruhiyat Haririe.

Puncak perkara tertahanya banyak pelajar ini berlangsung pada tanggal 7 Oktober 2018. Sekitar 155 pelajar Indonesia terbendung di perbatasan serta tidak bisa melalui perbatasan sebelum perlihatkan surat rujukan dari KBRI. Beberapa salah satunya bahkan juga terbendung sampai 10 hari di perbatasan.

Muhammad mengemukakan banyak pelajar menyoalkan sikap KBRI yg malas berikan surat rujukan buat banyak mahasiswanya. Soal ini karena jumlahnya pelajar dari Malaysia serta Thailand yg langsung dikasihkan surat rujukan dari kedutaan negara semasing.

“Perihal ini pula yg lantas membuat banyak pelajar yg terbendung bertanya-tanya tentang sikap KBRI yg malas keluarkan surat pengantar itu. meski sebenarnya visa banyak Pelajar Indonesia itu cuma berdurasi 10 hari agar dapat ada di Oman. Soal ini di cemaskan bakal mengakibatkan problem serius kedepannya dengan pemerintah kesultanan Oman, yg manakah membuat mereka jadi pengunjung over stayer lantaran visa mereka habis,” kata Muhammad.

Pada tanggal 8 Oktober 2018 jam 08.00 waktu ditempat, PPI Yaman lewat surat resminya yg diberi tanda tangan oleh Ketua PPI Yaman, Izzuddin Mufian Munawwar keluarkan info wartawan yg menyoalkan sikap KBRI itu. Pada tanggal yg sama kabar itu sampai pada PPI Dunia Area Timur Tengah serta Afrika, serta makin viral.

Waktu berbarengan muncul berita jika pelarang WNI buat masuk Yaman yaitu lantaran faktor tutup kemampuan pemikiran radikalisme dari banyak pelajar. Dengan kirim santri-santri ke Yaman ditakuti nanti bisa mengakibatkan mengerti radikalisme serta anti-NKRI yg bakal dibawa ke Indonesia sepulang dari Yaman.

Siang harinya KBRI mempersilakan banyak pelajar buat masuk gedung KBRI, serta berupaya memberikan bermacam keterangan pada banyak pelajar tentang larangan yg dijalankan oleh pemerintar kesultanan Oman. Tapi banyak pelajar itu terasa tdk suka dengan keterangan dari KBRI.

Pada sore hari surat yg diserahkan oleh PPI Yaman, di terima oleh Kementerian Luar Negeri RI Terus Muhammad Iqbal, Ia (Terus Muhammad Iqbal) lantas langsung bertolak ke arah ke Muscat (Oman). Tanggal 9 Oktober 2018, banyak pelajar sukses berjumpa serta bekerjasama dengan Dirjen Perlindungan WNI dan KBRI ditempat sehubungan perkara yg menerpa mereka.

“Akhirnya, Dirjen jamin jika banyak pelajar akan melewati perbatasana paling lambat sore hari tanggal 10 Oktober 2018 serta menjanjikan transportasi gratis buat banyak pelajar sampai ke Tarim. Bapak Dirjen lantas janji jika beliau bakal ‘menyeret’ banyak staff KBRI Sana’a agar dapat berkunjung ke kawan-kawan pelajar Indonesia di Tarim,” kata Muhammad.

Pada akhirnya tanggal 10 Oktober 2018 jam 01.00 waktu ditempat Dirjen serta pihak KBRI menegaskan jika banyak pelajar bisa diberangkatkan dalam tempo kurang dari 2 jam buat melalui perbatasan. Pada jam 02.40 waktu ditempat bapak Dirjen melepas banyak pelajar buat pergi ke Tarim, dengan gunakan bus yg di sediakan oleh Dirjen serta pihak KBRI.

Dikutip terpisah dari situs sah Kementerian Republik Indonesia, rombongan pelajar itu pergi dari Salalah Oman ke Yaman pada Rabu (10/10) mulai jam 03.00 pagi hari tempo hari. Mereka sejumlah 178 orang, termasuk juga di dalamnya 38 wanita serta 1 orang bayi. Mereka pergi ke Hadramaut, Yaman, gunakan empat bus.

“Izin ini sukses kita temukan cuma buat mereka yg terburu ada di Salalah sekarang. Buat ke depannya bakal kita kaji kembali dengan otoritas Oman,” kata Terus Muhamad Iqbal, Direktur Perlindungan WNI serta BHI Kemlu, yg diutus langsung oleh Menlu Retno ke Salalah buat mengulas dengan otoritas Oman.

About admin